Penyesuaian diri adalah
suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku dimana individu
berusaha untuk berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan, konflik, dan frustasi yang dialaminya sehingga terwujud tingkat
keselarasan antara tuntutan dalam diri dengan harapan di lingkungannya
(Schneiders dalam Desmita, 2009:192). Penyesuaian diri merupakan usaha individu
untuk mempertahankan diri terhadap norma dan dapat berhasil mengatasi
kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustasi yang dialami di dalam dirinya yang
berasal dari dalam atau dari luar individu agar terjadi hubungan yang
menyenangkan antara individu dan lingkungannya (Schneiders, dalam Ali dan Ansori,
2006:173). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu
proses atau usaha yang dilakukan individu untuk mampu mengatasi kebutuhan,
ketegangan, konflik, dan frustasi yang dialami demi terwujudnya keselarasan
serta hubungan yang menyenangkan antara tuntutan dan harapan di lingkungannya.
Penyesuaian diri
menjadi persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental. Hal ini ditunjukkan pada kemampuannya dalam
beradaptasi dengan tekanan atau stress dan kecemasan yang dialami (Siswanto,
2007:37).
Individu yang
tidak dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup dikarenakan ketidakmampuannya dalam menyesuaikan
diri di lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan maupun di masyarakat pada umumnya. Terutama ketika individu dihadapkan atau berada pada
situasi maupun tempat baru yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya
pada keadaan tersebut. Oleh karena itu, individu harus memiliki kemampuan dalam
menyesuaikan diri yang nantinya dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Keuntungan
dari penyesuaian diri yang baik akan memperoleh berbagai pengalaman baru serta
mampu belajar maupun menerapkan pengalaman tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi individu yang memiliki
penyesuaian diri yang baik, individu mampu memahami tentang kekurangan dan kelebihan
dirinya, memiliki penerimaan diri, kontrol diri, integrasi pribadi yang baik,
adanya tujuan dan arah yang jelas, mempunyai rasa humor, mempunyai rasa
tanggung jawab, menunjukkan kematangan respon, adanya perkembangan kebiasaan
yang baik, adanya adaptabilitas, memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh
minat terhadap orang lain, memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain pada diri individu itu sendiri yang
secara pribadi ditanamkan pada dirinya dan diterapkan pada kehidupannya
sehari-hari (Schneider, 1964 dalam
Jurnal Skripsi 2007). Sedangkan remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri
cenderung menjadi
rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya diri serta merasa
malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya, tidak bertanggung jawab, egois, sikap sangat agresif
dan sangat yakin pada diri sendiri, merasa tidak aman, selalu ingin pulang jika
berada jauh dari lingkungan yang tidak dikenal, dan perasaan menyerah.
Bahayanya, dalam kehidupan sehari-hari individu akan menggunakan berbagai
mekanisme pertahanan diri secara negatif.
Dalam kehidupan, tidak dapat
dipungkiri bahwa individu dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan social baru. Individu diharapkan mampu memainkan peran-peran
social baru, mengembangkan sikap-sikap social baru dan nilai-nilai baru dengan
tugas-tugas baru yang dihadapi (Harlock, 1980).
Berdasarkan hasil data
mengenai penyesuaian diri yaitu sebagai berikut :
Tabel
1
No
|
Tempat
|
Hasil
|
ST
|
T
|
S
|
R
|
SR
|
1
|
Panti Asuhan
(Jurnal Psikologi
Pitutur,
Volume 1
|
2 Rmj
|
14 Rmj
|
25 Rmj
|
11 Rmj
|
3 Rmj
|
No.1, Juni 2012 23).
|
3,64%
|
25,45%
|
45,45%
|
20,00%
|
5,45%
|
Para remaja yang termasuk pada kategori penyesuaian diri sedang ke
rendah ini memiliki kepribadian yang inferior, pasif, apatis,menarik diri,
mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Sehingga anak panti
asuhan akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Disamping itu,
mereka menunjukkan perilaku yang negativis, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih
suka sendirian, menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih egosentrisme.
|
2
|
SMA Krista Mitra
(Jurnal Psikologi, Volume 1 Nomor 1 Halaman 47-82 Tahun 2012)
|
8 Ssw
11,0%
|
11 Ssw
15,1%
|
18 Ssw
24,7%
|
21 Ssw
28,8%
|
15 Ssw
20,5%
|
Tabel
2
SMA PASUNDAN 2 BANDUNG
Kelas
|
Pelanggaran
|
Aspek
Penyesuaian Diri
|
X
|
38%
|
26%
|
XI
|
63%
|
52%
|
XII
|
43%
|
23%
|
Tabel 3
Hasil Data Penyesuaian Diri Kelas XI
181 Siswa
Pelanggaran-pelanggaran
di SMA Pasundan 2 yang termasuk di dalam aspek penyesuaian diri diantara
membolos, terlambat datang ke sekolah, lalai dalam mengerjakan tugas,
mencontek, berpakaian tidak sesuai dengan aturan sekolah, merokok, bahkan minum
minuman beralkohol dan menggunakan obat terlarang di lingkungan sekolah.
Seperti yang diungkapkan
oleh psikolog anak dan remaja Alzena Masykouri, M.Psi, anak pendiam karena sulit
menyesuaikan diri sangat rentan di-bully. Sementara itu, psikolog perkembangan
anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi
menuturkan untuk bullying, pada umumnya yang riskan menjadi korban adalah
anak-anak yang terlihat berbeda sendiri tapi tak menutup kemungkinan anak yang pendiam pun bisa
menjadi korban bullying. (Detik.com)
Dari hasil data yang
diperoleh, sebagian besar hasil menunjukkan bahwa remaja memiliki penyesuaian
diri yang berkategori rendah-sedang. Oleh karena itu, penyesuaian diri yang
dimiliki remaja saat ini perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling
sebagai fungsi pemahaman dan pengembangan agar memiliki kemampuan penyesuaian
diri yang baik.
Daftar
Pustaka
Ansori,
M dan Ali, M. 2006. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT
Bumi Aksara.
Desmita.2009.
Psikologi Perkembangan. Bandung:Remaja
Rosda Karya.
Fani
Kumalasari dan Latifah Nur Ahyani. 2012. “Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan”. Jurnal Psikologi
Pitutur.Volume 1 Nomor 1. Universitas Muria Kudus. Kudus. (Diakses 18 Oktober
2015)
Hurlock, E.B.
1980. Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kusdiyanti,
Sulisworo dkk. 2011. “Penyesuaian Diri di Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas
XI SMA PASUNDAN 2 Bandung”. Humanitas. Volume VIII Nomor 2. (Diakses 8 Desember
2015)
Sandha,
Timorora dkk. 2012. “Hubungan Antara Self Esteem Dengan Penyesuaian Diri Pada
Siswa Tahun Pertama SMA KRISTA MITRA Semarang”. Jurnal Psikologi. Volume 1
Nomor 1 Halaman 47-82. (Diakses pada 8 Desember 2015)
Siswanto.2007. Kesehatan
Mental:Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta:Penerbit
Andika.